Hindun Binti Utbah
Hindun binti Utbah mengambil jantung Hamzah bin Abdul-Muththalib paman Rasullullah lalu mengunyahnya, karena dia tidak bisa menelannya, maka kunyahanya dimuntahkan lagi. Dia juga memotong telinga dan hidung sang singa Allah tersebut lalu menjadikanya sebagai gelang kaki.
Itulah yang dilakukan Hindun pada perang Uhud. Perang yang dipimpin lansung oleh Abu Sufyan bin Harb, yang tidak lain adalah suaminya sekaligus komandan tertinggi dalam perang melawan pasukan muslim kala itu.
Hindun yang tergabung dalam lima belas wanita Quraisy lainnya adalah wanita yang sangat pemberani, ambisius dan pastinya sangat membenci Islam. Ketika perang bergemuruh, dia tak henti-hentinya berkeliling di antara barisan, menabuh rebana, membangkitkan semangat, mengobarkan tekad pasukan yang berjumlah tiga ribu prajurit.
Namun ketika Makkah pada akhirnya berhasil ditaklukan Rasullullah dan orang-orang Muslim, maka penduduk Quraisy sudah bisa membuka matanya, melihat suatu kebenaran dan menyadari bahwa tidak ada jalan keselamatan kecuali Islam.
Mereka pun menyatakan masuk Islam dan melakukan sumpah setia untuk tidak menyekutukan Allah, tidak mencuri, tidak berzina, tidak membunuh anak-anaknya, tidak membuat kedustaan dan tidak mendurhakai Rasullullah dalam perkara yang ma'ruf.
Pada saat sumpah akan dilaksanakan, Hindun datang dengan cara sembunyi-sembunyi, memakai cadar untuk menutupi wajahnya. Takut kalau Rasullullah memergokinya atas apa yang dahulu pernah diperbuat terhadap jasad Hamzah. Meskipun begitu, Rasullullah tetap mengenal Hindun dari suaranya.
"Benarkah engkau Hindun?"
"Ya Jawab Hindun. Dia berkata lagi "Ampunilah kesalahanku yang telah lampau wahai Nabi Allah, niscaya Allah akan mengampuni engkau pula."
Singkatnya, Rasulullah kemudian berkata pada Umar bin Khathab, "Baiat mereka semua, wahai Umar. Dan mintalah ampunan Allah bagi mereka!"
Setelah pengambilan sumpah itu selesai, Hindun menjadi salah seorang yang masuk Islam. Keislamannya ini dilakukan dengan baik. Hindun bertekad disisa usianya akan tetap berdiri membela agama Islam sebagai tebusan atas lembaran hitam yang pernah dilakukannya di masa Jahiliyah.
Itu dibuktikannya dalam perang Yarmuk. Hindun dengan berani menghalau setiap tentara Muslim yang terdesak dan mundur dari medan laga menghadapi tentara Romawi. Termasuk segera mengejar suaminya, Abu Sufyan dan memukul muka kudanya dengan tongkat seraya berteriak,
”Engkau mau ke mana, wahai putra Shakhr? Ayo, kembali lagi ke medan perang! Berjuanglah habis-habisan agar engkau dapat membalas kesalahan masa lalumu, saat engkau menggalang kekuatan untuk menghancurkan Rasulullah.”
Zubair bin Al-’Awwam yang melihat semua kejadian itu berkata, ”Ucapan Hindun kepada Abu Sufyan itu mengingatkanku kepada peristiwa Perang Uhud, saat kami berjuang di depan Rasulullah SAW.”
Sungguh jelas terlihat pada perang tersebut, Hindun membuktikan telah menjaga sumpah setia yang pernah diucapkannya di hadapan Rasulullah. Hindun, pahlawan wanita Jahiliyah dulu, telah berubah menjadi pahlawan Islam wanita yang mulia.
Sampai putrinya Mu’awiyah menggambarkan ibunya, “Sesungguhnya di zaman Jahiliyah beliau memiliki kewibawaan. Begitu pula di zaman Islam beliau memiliki kemuliaan yang tinggi.”
Begitulah seterusnya. Aktivitas dunianya tak henti Hindun habiskan dengan membela dan ikut serta menyebarkan agama Allah. Sampai pada masa pemerintahan Umar bin Khathab, tibalah saat baginya untuk beristirahat. Dia meninggal di atas tempat tidurnya pada hari di mana Abu Quhafah, ayahanda Abu Bakar Ash Shiddiq juga meninggal dunia.
********
Comments
Post a Comment