Cinta Sampai Akhir Hayat
Waktu itu, yang kuingat malam hari. Ditengah kesibukanku membilas beberapa helai pakaian, tiba-tiba ada yang aneh. Rasanya, ada seseorang yang mengintipku dibalik dinding kamar kos yang terbuat dari triples kayu. Aku pun menghentikan aktivitas dan mulai mengarahkan pandangan tepat ke arah ia berdiri.
Sadar keberadaannya diketahui. Perlahan ia pun mulai beranjak. Dalam keheningan, bunyi langkah kaki pertamanya sukses membuat degub jantungku semakin kencang bercampur dengan rasa penasaranku yang teramat sangat.
"Siapa gerangan sosok misterius dihadapanku ini? Apakah dia seorang pencuri yang sedang bersembunyi? Atau kah seorang teman yang tengah iseng mengerjaiku?" Ah, beribu perasaan aneh menyerangku malam itu.
Tanpa sedikit pun memberikan kesempatan melihat wajahnya, sekejap ia berlari memelukku dengan begitu erat. Harum khas tubuhnya sukses membawaku kembali ke dalam memori indah yang telah terkubur bertahun-tahun. Tak terasa air mata pun jatuh dengan sendirinya.
Akhirnya aku pun memandangnya dengan tatapan tidak percaya! Wajah sendu, rambut gelombang yang disanggul rapi, baju hitam bercorak bunga tulip dan sarung coklat bermotif garis tipis tidak lain adalah milik perempuan yang telah lama hilang dalam hidupku!
"Lingi adeku" dengan aksen Bima yang khas dan mata berkaca-kaca ia mengatakan bahwa ia begitu rindu denganku. Aku pun membalasnya dengan jawaban yang sama berulang kali sampai mulut ini tidak sanggup lagi bersua.
Bahagia! Kini aku dipertemukan kembali dengan seorang perempuan yang penuh kelembutan merawatku sejak kecil. Perempuan yang begitu sabar mendampingiku di kala sakit. Perempuan yang paling tahu makanan kesukaanku dan pastinya selalu setia duduk depan pintu menunggu aku pulang.
Pertemuan ini pun sontak menggambarkan dengan jelas cerita delapan tahun silam. Di menit terakhir kepergiannya, ia meminta untuk dibaringkan di kamarku sembari menungguku pulang untuk terakhir kalinya.
Bukankah ini yang namanya cinta sampai akhir hayat? Cinta yang tetap menunjukkan kesetiaan hingga tutup usia. Dan cinta pula lah yang kembali membawanya hadir mendekap rindu.
Aku pun tersadar dan terbangun dalam tidurku sambil berucap syukur bahwa sungguh kekuatan ayat yang berbunyi "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan doamu....” (Q.S. Gāfir [40]: 60) telah menjadi senjata ampuh bagiku untuk terus merayu Tuhan agar kami," dua insan yang berpisah" tetap dipertemukan walau hanya lewat mimpi".
Nenek,
Di kesempatan lain, menetaplah lebih lama dalam bunga tidurku.
Alfatihah
💛💛
Comments
Post a Comment